![]() |
Aksi Demonstrasi Menolak UU Omnibuslaw |
Akhir-akhir ini, ketika semua orang menjadi demonstran untuk turun ke jalan
dan berorasi menuntut keadilan, serta membawa sebuah poster-poster dengan
tulisan yang menjadi-jadi sesuai isi hati. Bahkan, sesuai tren masa kini. Berbeda
denganku, ketika semua orang memilih untuk turun ke jalan, entah kenapa hati dan
badanku justru enggan untuk turun ke jalan. Malah lebih asik membaca buku para
aktivis terdahulu ataupun karya Pak Sapardi. Bukannya enggan membela rakyat, tetapi
semua itu memiliki jalanya sendiri.
Ketika dulu aktivitas demo belum jadi setenar ini, atau bahkan saat ini
telah jadi ajang candaan melalu aplikasi yang sedang naik daun, yaitu tiktok. Ketika aksi unjuk rasa berlangsung,
menjadi aktivis adalah sebuah hal yang wah
di kalangan muda-mudi. Seakan-akan kata Tan Malaka, Idealisme adalah kemewahan terakhirnya yang di miliki kaum muda, itu
bangkit lagi.
Di masa awal dulu, saat saya menjadi mahasiswa dan akhirnya terjun menjadi
aktivis, saya sering dicibir oleh beberapa mahasiswa, kenapa harus menjadi aktivis, yang akhirnya kuliah tercecer dan dicap
sebagai mahasiswa lama. Banyak anggapan kenapa
kamu lebih memilih kuliah di jalan dibanding kuliah di kelas? Padahal kelas
adalah tempat ternyaman menuntut ilmu dan gak panas, beda dengan kalian yang
turun ke jalan.
Bagiku semua itu hanyalah angin lalu yang berhembus dan hilang begitu saja.
Prinsipku, menuntut ilmu itu dimanapun
dan kapanpun. Seiring waktu dan tren masa kini, yang dulunya mencibir,
sekarang berubah menjadi aktivis dadakan dan selalu ikut turun ke jalan. Mulai
dari demo RKUH, KPK, sampai sekarang ini, dia justru yang paling getol
menyuarakan jargon tak pernah berganti hidup
mahasiswa! hidup rakyat!
Realitanya, sekarang ini banyak dari kalangan aktivis terdahulu yang sering
turun ke jalan malah duduk dan asik di kursi yang nyaman nan empuk. Mereka tak
mau lagi mendengar aspirasi rakyat. Mungkin dulu mereka paling getol dan
terdepan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat bahkan sampai masa kampanye mereka
berdalih semua demi rakyat.
Apakah hal-hal tersebut demi menarik simpati rakyat untuk memilihmu? Atau
kenapa? Tolong jelaskan! Kalian berdalih berjuang untuk rakyat. Rakyat yang
mana wahai senior aktivis yang kau perjuangkan? Gunakan semua indramu untuk
merasakan apa yang terjadi di kalangan bawah. Hari ini kau berpura-pura tuli
untuk mendengar aspirasi rakyat, kau berpura-pura buta untuk melihat
penderitaan rakyat, dan kau juga berpura-pura bisu untuk menyuarakan keadilan.
Hari ini kau lebih suka diam demi keamanan jabatanmu. Kau lebih patuh pada
ketuamu dari pada Tuhanmu.
Dulu kau benyanyi karena mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar. Tenyata
sekarang malah kau yang merampas hak-hak rakyat dan kau juga yang menggusur kedamaian
rakyat. Ke mana jiwa patriotmu yang dulu berdiri gagah dengan tangan terkepal,
menjunjung ke atas dan memakai ikat kepala hitam sebagai simbol perlawanan?
Sekarang, kau tak berdiri gagah seperti dulu lagi. Ikat kepalamu kau
kemanakan? Apakah ikat kepalamu kini berubah menjadi dasi agar terlihat rapi? Dan
tangan terkepalmu kini berubah menjadi pemegang mangsi?
Ayolah wahai senior! Kembalilah menjadi bijak demi kedamaian esok hari. Toh
anak cucumu juga tak akan menyesal ketika negara ini menjadi damai berkat
dirimu yang berani berbicara jujur demi keadilan. Ayo keluarkan suara lantangmu
yang dulu kau gunakan untuk berjuang! Hari ini saatnya kau merubahnya.
Tak banyak harap dari kami. Semoga mereka yang hari ini, esok, dan nanti
turun ke jalan dan memperjuangkan hak-hak rakyat tak bewatak sama dengan senior
demonstran yang saat ini tengah duduk nyaman di gedung sana dengan kursi empuknya.
Tempatkan diri sebagai wakil rakyat, tetaplah berjuang untuk rakyat dan terimalah
aspirasi mereka dengan lapang dada.
Jika nanti kau menjadi wakil rakyat dan kau lupa dengan apa yang dulu kau
suarakan sekarang, benar adanya, kau hanya kaum penjilat yang mengelabui
keadaan demi kepentinganmu sendiri. Esok hari, aku ingin hidup dengan damai, tanpa
ada adu kepentingan yang hanya menguntungkan
golongannya sendiri. Aku ingin hidup ini layak dan tenang layaknya
negara-negara tetangga yang damai, tanpa ada sebuah keributan. Aku ingin negara
ini di pandang dunia sebagai negara yang damai dengan keramah tamahannya. Aku
ingin hak-hak manusia yang telah direnggut, dikembalikan. Aku ingin anak dan
cucuku nanti bisa menikmati damainya hidup di negara ini. Aku ingin tak ada
caci maki antar golongan. Aku ingin keadilan ini dijalankan dengan benar. Dan
yang terakhir, semoga wakil rakyat sadar, bahwa mereka berasal dari rakyat. (ABZ)
Mantul
BalasHapus